Minggu, 28 Desember 2014

RAFTING DALAM KENANGAN 2009

Ini musim liburan. Kebanyakan aku tetap di rumah saja. Iseng-iseng kubuka album foto-foto lama. Nggak sengaja nemu foto-foto rafting tahun 2009 bersama teman-teman.... Hem... jadi keinget-inget dan kepengin nulis tentang itu...

Waktu itu jam setengah delapan pagi, dan kami (Aku, Mbak Liez, Ima, dan Fatim) sudah berkumpul di rumah Mbak Liez, di dekat terminal Giwangan sana. Kami tengah bersiap untuk pergi Muntilan, naik mobil silvernya Mbak Liez ke rumah Pak Arif. Di sana kami akan bergabung dengan Pak Eko dan Pak Iqbal yang memilih naik motor.



Road to Muntilan
Kami naik mobilnya Ms. Liez. Ofcourse dia yang nyetir.... kami berempat. Dan... seperti biasa, kalau cewek-cewek ngumpul.... bawaannya rame melulu, ngobrol sana-ngobrol sini, bla-bla-bla, bli-bli-bli, dan hihihihi hahaha hehehe........

Waaaa..... ada yang kelupaan..... ternyata tak seorang pun membawa kamera! Duuuhhh.... jadi nyesel kenapa aku menolak tawaran Pak Finsa untuk membawa kameranya. Habisnya aku nggak PeDe sih..... takut minjem, takut mesti tanggung jawab kalau ada apa-apa. Yah.... sayang banget kalau ada acara asyik kayak gini tapi tidak terdokumentasikan.... kami jadi tidak mungkin membekukan waktu dan kenangan... duh.....Pak Iqbal nih harapan satu-satunya! Untung saja, si maniak gadget itu tidak lupa pada kemaniakannya.... he he he .......

Waktu sampai di rumahnya Pak Arif, ternyata Pak Eko dan Pak Iqbal sudah datang lebih dulu. Acara guyon diteruskan.... ngegodain Pak Eko.... 

Waktu itu aku merasa ada yang berbeda dengannya. Hari-hari itu dia tampak sering bingung sendiri, sering kurang fokus, kadang mumetan terus..... selalu pengen cepat-cepat pulang begitu pelajaran terakhir selesai. Hem..... kupikir pasti ada apa-apanya tuh.... Aku ingat beberapa waktu sebelumnya Pak Arif pernah ketrucut... “Ah, paling Pak Eko meh nemoni calone!” tapi setelah itu langsung diam. Ditanggap juga tetap bungkam. Pikiranku langsung terbang pada satu-satunya kemungkinan, bisa jadi Pak Eko baru siap-siap nikah! Memangnya alasan apa lagi??? Mbuh lah!

Pak Arif bilang kalau kami semua bisa rafting barengan. Biayanya Rp 75.000,00 per orang. Oke, buat senang-senang dan mendapatkan pengalaman baru yang menyenangkan, jumlah segitu sih murah banget..... No Problemo!!! Dan, oh ya! Doa terkabul! Pak Iqbal benar-benar membawa kamera merahnya nan cantik itu..... Hore......!!!!!!!!!!! So... sebelum  berangkat, kami mesti mempersiapkan tenaga dulu.... jadi acara nomor satu yang sangat ditunggu adalah makan..... Yup! Pak Arif itu selalu jadi tuan rumah yang baik. Selalu menjamu kami dengan perfect. Selalu membuat kita puas dan nyaman. Haus hilang perut kenyang.... siap berangkat!


Action!!!

Hwuah............., RAFTING....................!!!!!!! ARUNG JERAM ................!!!!!!!!! Asyik sekali........ jadi pengen ngulang, lagi dan lagi!!!

Hihihihi.... ternyata aku bener-bener pendek ya???? Cuma sedayung tuh tingginya!!! Masya Allaah.... pantes deh dicalonin jadi pemeran kurcaci! Atau hobit! Hahahaha.... tapi waktu naik perahu karet, nggak kelihatan amat kok pendeknya..... tetep keren abis kan?!?!?!?

Yang jelas hari itu aku merasa cantik!
Narsis?!
Biarin!!
Weeekk....!!!!

Rafting bener-bener asyik, seru! Kita bisa mendayung santai-santai kalau arus air tenang dan melewati tempat yang dalam dan lebar.... tapi bisa tiba-tiba masuk ke rifle, arus sungai jadi deras, terus banyak batu-batunya, besar dan kecil, membentuk pusaran atau arus yang berkelok. Nek wes ngono kuwi... yah, ayo kerja keras!

Dayung! Dayung!
Satu!! Dua!!Satu!! Dua!!
Dayung kanan! Dayung Kanan......
Eits, dayung kiri! Dayung kiri!
Eits!!! Oke.... stop....

Tarik napas lagi... nikmati sungai lagi... lihat pemandangan lagi.... hehehehehehe... Ternyata banyak pemandangan bagus di tepi sungai! Pak Eko seneng buanget! Hahahaha (Maksudnya banyak orang mandi, telanjang juga lo....nggak laki nggak perempuan.... tua, muda, anak-anak..... Terus ada juga yang be'ol, bener-bener pamer pantat!).
Banyak burung layang-layang main akrobat di atas sungai. Menyambar-nyambar ikan kecil... atau mungkin anggang-anggang... mungkin juga serangga lain.... Sepertinya burung layang-layang itu dari jenis sriti, tapi bisa juga walet. Sulit membedakannya. Aku bukan ornitolog sih.... Tapi yang jelas aku sempat mendengar suara raja udang alias pekakak jawa... burung pemakan ikan kecil yang bulunya biru menyala itu! Yah, mungkin lebih terkenal dengan sebutan umumnya: kingfisher.

Di tepi sungai, dua kali kami melihat biawak. Biawak pertama sangat kecil, mungkin bayinya ya.... Tapi yang kedua lumayan besar. Mirip banget sama iguana, Cuma nggak punya gelambir selebar iguana, dan punggungnya juga rata, tidak bergerigi. Warna biawak itu hijau tua, ekornya loreng, hitam hijau. Menurutku, bagus dan cantik!

Hewan lain yang menarik perhatianku adalah sibar-sibar (damselfish) atau capung kecil, aku dulu mengenalnya dengan nama cedhok dom. Karena capung dalam bahasa jawa bisa memiliki banyak nama:
  • semprang untuk capung besar (darter warna merah, kuning, hijau)
  • cedhok untuk capung kecil pendek (warna merah dan biru)
  • cedhok dom untuk jenis capung yang paling kecil, warnanya sangat indah dan macam-macam, ada yang polos ada yang berpola.
  • Ah, ada juga lo yang menyebut capung dengan nama kinjeng. Ada kinjeng biasa, ada juga kinjeng dom.
Dom adalah bahasa jawa untuk jarum jahit. Jadi cedhok dom adalah capung sebesar jarum. Tapi jarum jahit kan macam-macam ukurannya, dari yang nomor satu (paling kecil) sampai jarum jahit untuk karung yang buesar banget itu! Hahahaha.....Tapi yang jelas, dibanding dengan cedhok dom lain yang pernah kukenal, yang terbang di tepi Sungai Elo inilah yang paling besar! Dan sangat cantik! Warnanya menyala seperti pelangi. Aku sukaaa.... sekali......

Di tepi-tepi sungai yang bersedimen cadas, nimfa-nimfa capung (atau sibar-sibar?) merayap-rayap. Dan tiba-tiba aku bersyukur sekali. Kehadiran mereka adalah bukti tak terbantahkan bahwa ekosistem Sungai Elo masih bagus, sebab capung itu hewan pemilih. Mereka tidak akan bertelur dan telurnya tidak akan menetas di air yang kondisinya buruk. Mereka adalah bioindikator kualitas air dan juga ekosistemnya. Berarti air Sungai Elo belum terlalu tercemar. Semoga tetap lestari......

Emmm..... apa bedanya darter atau capung biasa dengan damselfish atau cedhok dom? Yah, lihat saja sayapnya! Sayap capung besar tetap terbuka ketika mereka hinggap, sayap damselfish menguncup ketika hinggap. Senada dengan perbedaan kupu-kupu dan ngengat. Kupu-kupu sayapnya menguncup ketika hinggap, tetapi ngengat selalu terbuka. Begitulah...... Tapi yang jelas, capung dan cedhok dom itu keluarga dekat, sedekat kupu-kupu dan ngengat.

Pas kita lagi santai-santai mendayung, tiba-tiba muncul pemandangan yang tidak mengenakkan. Ada seekor domba mati. Tampaknya sudah agak lama. Sudah dikerubungi lalat. Kasihan sekali. Kami pikit domba itu jatuh dan terseret arus tanpa diketahui penggembalanya. Kasihan, dan sayang juga.

Kalau dalam kepala Pak Arif, yakin deh dia berpikir “betapa ruginya! Daging domba panggang atau sate kan sangat enak! Dibikin tongseng atau tengkleng juga sangat oke! Ini malah terbuang sia-sia...” hehehehe.... Pak Arif ini teman kita yang paling hobi wisata kuliner....

Pemandu kami orangnya keren.... Bukan karena wajahnya atau tubuhnya, tapi apa yang dia punya. Eh, begini lo.... pas pertama kali ketemu sih biasa-biasa aja. Tipikal orang jawa ndeso. Tapi setelah nyebur ke sungai.... kelihatan deh keahliannya. Dia benar-benar hapal seluruh seluk-beluk Sungai Elo. Sampai jenis arus di tiap tempat juga dan bagaimana harus melewatinya. Seakan-akan sungai adalah bagian dari dirinya. Mungkin memang demikian adanya. Dia hidup dari dan untuk Sungai Elo....

Aku semakin tersadar, betapa alam itu sangat rahim, murah hati.... seandainya kita juga menghormati alam itu, mengelolanya dengan pengelolaan yang sebaik-baiknya, tidak menyakitinya tidak berbuat kerusakan atasnya, maka alam akan terus memberi, memberi dan memberi, maka kita akan menerima, menerima, dan menerima. Alam itu sendiri menjadi jalan rizqi Allah untuk kita, manusia. Ia bisa menjadi sumber penghidupan, ia bisa menjadi penghibur hati, ia bisa menjadi sumber inspirasi, ia bisa menanmpung begitu banyak hidup dan kehidupan. Dan untuk itu, aku semakin takjub dan takjub. Subhanallaah.... Laa haula walaa kuwwata illaa billaah.....



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Popular Posts