Waktu itu jam setengah delapan pagi, dan kami (Aku, Mbak Liez, Ima, dan Fatim) sudah berkumpul di rumah Mbak Liez, di dekat terminal Giwangan sana. Kami tengah bersiap untuk pergi Muntilan, naik mobil silvernya Mbak Liez ke rumah Pak Arif. Di sana kami akan bergabung dengan Pak Eko dan Pak Iqbal yang memilih naik motor.
Road to Muntilan
Kami naik mobilnya Ms. Liez. Ofcourse dia yang nyetir.... kami berempat. Dan...
seperti biasa, kalau cewek-cewek ngumpul.... bawaannya rame melulu, ngobrol
sana-ngobrol sini, bla-bla-bla, bli-bli-bli, dan hihihihi hahaha hehehe........
Waaaa..... ada yang kelupaan..... ternyata tak seorang pun membawa kamera!
Duuuhhh.... jadi nyesel kenapa aku menolak tawaran Pak Finsa untuk membawa
kameranya. Habisnya aku nggak PeDe sih..... takut minjem, takut mesti tanggung
jawab kalau ada apa-apa. Yah.... sayang banget kalau ada acara asyik kayak gini
tapi tidak terdokumentasikan.... kami jadi tidak mungkin membekukan waktu dan
kenangan... duh.....Pak Iqbal nih harapan satu-satunya! Untung saja, si
maniak gadget itu tidak lupa pada kemaniakannya.... he he he .......
Waktu sampai di rumahnya Pak Arif, ternyata Pak Eko dan Pak Iqbal sudah datang lebih dulu. Acara guyon diteruskan.... ngegodain Pak Eko....
Waktu itu aku merasa ada yang berbeda dengannya. Hari-hari itu dia tampak sering bingung sendiri, sering kurang fokus, kadang mumetan terus..... selalu pengen cepat-cepat pulang begitu pelajaran terakhir selesai. Hem..... kupikir pasti ada apa-apanya tuh.... Aku ingat beberapa waktu sebelumnya Pak Arif pernah ketrucut... “Ah, paling Pak Eko meh nemoni calone!” tapi setelah itu langsung diam. Ditanggap juga tetap bungkam. Pikiranku langsung terbang pada satu-satunya kemungkinan, bisa jadi Pak Eko baru siap-siap nikah! Memangnya alasan apa lagi??? Mbuh lah!
Pak Arif bilang kalau kami semua bisa rafting barengan. Biayanya Rp 75.000,00 per
orang. Oke, buat senang-senang dan mendapatkan pengalaman baru yang
menyenangkan, jumlah segitu sih murah banget..... No Problemo!!! Dan, oh ya!
Doa terkabul! Pak Iqbal benar-benar membawa kamera merahnya nan cantik itu.....
Hore......!!!!!!!!!!! So... sebelum
berangkat, kami mesti mempersiapkan tenaga dulu.... jadi acara nomor satu yang sangat ditunggu adalah makan.....
Yup! Pak Arif itu selalu jadi tuan rumah yang baik. Selalu menjamu kami dengan
perfect. Selalu membuat kita puas dan nyaman. Haus hilang perut kenyang....
siap berangkat!
Action!!!
Hwuah............., RAFTING....................!!!!!!! ARUNG JERAM
................!!!!!!!!! Asyik sekali........ jadi pengen ngulang, lagi dan
lagi!!!
Hihihihi.... ternyata aku bener-bener pendek ya???? Cuma sedayung tuh
tingginya!!! Masya Allaah.... pantes deh dicalonin jadi pemeran kurcaci! Atau
hobit! Hahahaha.... tapi waktu naik perahu karet, nggak kelihatan amat kok
pendeknya..... tetep keren abis kan?!?!?!?
Narsis?!
Biarin!!
Weeekk....!!!!
Rafting bener-bener asyik, seru! Kita bisa mendayung santai-santai kalau
arus air tenang dan melewati tempat yang dalam dan lebar.... tapi bisa
tiba-tiba masuk ke rifle, arus sungai jadi deras, terus banyak batu-batunya,
besar dan kecil, membentuk pusaran atau arus yang berkelok. Nek wes ngono
kuwi... yah, ayo kerja keras!
Satu!! Dua!!Satu!! Dua!!
Dayung kanan! Dayung Kanan......
Eits, dayung kiri! Dayung kiri!
Eits!!! Oke.... stop....
Tarik napas lagi... nikmati sungai lagi... lihat pemandangan lagi....
hehehehehehe... Ternyata banyak pemandangan bagus di tepi sungai! Pak Eko
seneng buanget! Hahahaha (Maksudnya banyak orang mandi, telanjang juga lo....nggak
laki nggak perempuan.... tua, muda, anak-anak..... Terus ada juga yang be'ol,
bener-bener pamer pantat!).
Banyak burung layang-layang main akrobat di atas sungai. Menyambar-nyambar ikan
kecil... atau mungkin anggang-anggang... mungkin juga serangga lain....
Sepertinya burung layang-layang itu dari jenis sriti, tapi bisa juga walet.
Sulit membedakannya. Aku bukan ornitolog sih.... Tapi yang jelas aku sempat
mendengar suara raja udang alias pekakak jawa... burung pemakan ikan kecil yang
bulunya biru menyala itu! Yah, mungkin lebih terkenal dengan sebutan umumnya: kingfisher.
Di tepi sungai, dua kali kami melihat biawak. Biawak pertama sangat kecil,
mungkin bayinya ya.... Tapi yang kedua lumayan besar. Mirip banget sama iguana,
Cuma nggak punya gelambir selebar iguana, dan punggungnya juga rata, tidak
bergerigi. Warna biawak itu hijau tua, ekornya loreng, hitam hijau. Menurutku,
bagus dan cantik!
Hewan lain yang menarik perhatianku adalah sibar-sibar (damselfish) atau
capung kecil, aku dulu mengenalnya dengan nama cedhok dom. Karena capung dalam
bahasa jawa bisa memiliki banyak nama:
- semprang untuk capung besar (darter warna merah, kuning, hijau)
- cedhok untuk capung kecil pendek (warna merah dan biru)
- cedhok dom untuk jenis capung yang paling kecil, warnanya sangat indah dan macam-macam, ada yang polos ada yang berpola.
- Ah, ada juga lo yang menyebut capung dengan nama kinjeng. Ada kinjeng biasa, ada juga kinjeng dom.
Dom adalah bahasa jawa untuk jarum jahit. Jadi cedhok dom adalah capung
sebesar jarum. Tapi jarum jahit kan macam-macam ukurannya, dari yang nomor satu
(paling kecil) sampai jarum jahit untuk karung yang buesar banget itu!
Hahahaha.....Tapi yang jelas, dibanding dengan cedhok dom lain yang pernah
kukenal, yang terbang di tepi Sungai Elo inilah yang paling besar! Dan sangat
cantik! Warnanya menyala seperti pelangi. Aku sukaaa.... sekali......
Di tepi-tepi sungai yang bersedimen cadas, nimfa-nimfa capung (atau
sibar-sibar?) merayap-rayap. Dan tiba-tiba aku bersyukur sekali. Kehadiran
mereka adalah bukti tak terbantahkan bahwa ekosistem Sungai Elo masih bagus,
sebab capung itu hewan pemilih. Mereka tidak akan bertelur dan telurnya tidak
akan menetas di air yang kondisinya buruk. Mereka adalah bioindikator kualitas
air dan juga ekosistemnya. Berarti air Sungai Elo belum terlalu tercemar.
Semoga tetap lestari......
Emmm..... apa bedanya darter atau capung biasa dengan damselfish atau
cedhok dom? Yah, lihat saja sayapnya! Sayap capung besar tetap terbuka ketika
mereka hinggap, sayap damselfish menguncup ketika hinggap. Senada dengan
perbedaan kupu-kupu dan ngengat. Kupu-kupu sayapnya menguncup ketika hinggap,
tetapi ngengat selalu terbuka. Begitulah...... Tapi yang jelas, capung dan
cedhok dom itu keluarga dekat, sedekat kupu-kupu dan ngengat.
Pas kita lagi santai-santai mendayung, tiba-tiba muncul pemandangan yang tidak
mengenakkan. Ada seekor domba mati. Tampaknya sudah agak lama. Sudah
dikerubungi lalat. Kasihan sekali. Kami pikit domba itu jatuh dan terseret arus
tanpa diketahui penggembalanya. Kasihan, dan sayang juga.
Kalau dalam kepala Pak Arif, yakin deh dia berpikir “betapa ruginya! Daging
domba panggang atau sate kan sangat enak! Dibikin tongseng atau tengkleng juga
sangat oke! Ini malah terbuang sia-sia...” hehehehe.... Pak Arif ini teman kita
yang paling hobi wisata kuliner....
Pemandu kami orangnya keren.... Bukan karena wajahnya atau tubuhnya, tapi
apa yang dia punya. Eh, begini lo.... pas pertama kali ketemu sih biasa-biasa
aja. Tipikal orang jawa ndeso. Tapi setelah nyebur ke sungai.... kelihatan deh
keahliannya. Dia benar-benar hapal seluruh seluk-beluk Sungai Elo. Sampai jenis
arus di tiap tempat juga dan bagaimana harus melewatinya. Seakan-akan sungai
adalah bagian dari dirinya. Mungkin memang demikian adanya. Dia hidup dari dan
untuk Sungai Elo....
Aku semakin tersadar, betapa alam itu sangat rahim, murah hati....
seandainya kita juga menghormati alam itu, mengelolanya dengan pengelolaan yang
sebaik-baiknya, tidak menyakitinya tidak berbuat kerusakan atasnya, maka alam
akan terus memberi, memberi dan memberi, maka kita akan menerima, menerima, dan
menerima. Alam itu sendiri menjadi jalan rizqi Allah untuk kita, manusia. Ia
bisa menjadi sumber penghidupan, ia bisa menjadi penghibur hati, ia bisa
menjadi sumber inspirasi, ia bisa menanmpung begitu banyak hidup dan kehidupan.
Dan untuk itu, aku semakin takjub dan takjub. Subhanallaah.... Laa haula walaa
kuwwata illaa billaah.....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar