Selasa, 30 Desember 2014

Kura-Kura Penakut (2)

Fobia Air Dalam dan Fobia Ikan


Kang Mas Bojo puas luar biasa. Dia sangat bersemangat membawa pulang kura-kura keduanya yang besarnya dua kali lipat yang pertama. Maghrib-maghrib, Kang Mas Bojo langsung melepaskan si kura-kura ke kolam, sehingga ia tidak sempat memperhatikannya lama-lama, keburu harus sholat dulu...

Selepas sholat, Kang Mas Bojo nggak sronto, pengen segera melihat kedua kura-kura kesayangannya. Sebenarnya aku punya dugaan, paling si kura-kura baru akan bertingkah sama dengan yang pertama. Kura-kura pertama (Si Kecil) sangat pemalu. Begitu dilepas langsung menghilang dari pandangan, bersembunyi di balik tanaman air atau kayu terapung yang sengaja dipasang di dalam kolam. Tiap kali melihat kelebat kami, Si Kecil langsung slulup mblingsep, itu membuatnya sulit diamati. 

Kupikir kura-kura baru (Si Besar) akan seperti itu juga, pemalu, tukang sembunyi, naluriah alamiah menjalankan strategi penyelamatan diri. Jadi sebenarnya yo sudahlah, biarkan saja dia bebas di kolam barunya. Tapi antusiasme pemula memang selalu seperti gunung meletus, berenergi sangat besar dan meletup-letup! He.. he.. he..

Kang Mas Bojo langsung mengambil lampu belajar yang cahayanya ia sorotkan dari jendela kamar adikku langsung ke permukaan kolam. Yeah, maklum, beberapa hari lalu lampu sorot kolam ihnil mangfus (mati dengan sukses). Setengah nungging, dagu di kusen jendela, jambul rambut nongol dikit, Kang Mas Bojo mengintip hati-hati. Dan dia terdiam seperti itu lama sekali. Iseng-iseng kutanya, "Kenapa? Kura-kuranya nggak keliatan? Sembunyi?"

Kang Mas Bojo menggeleng pelan, dahinya mengernyit, ekspresinya aneh. Yang kutangkap di wajahnya ada keheranan tingkat tinggi, dan kegelian yang makin lama makin membesar. Entahlah.... "Kenapa?" tanyaku lagi. Kang Mas Bojo hanya menjawab singkat, "Lucu!"

Keingintahuanku terpicu, jadi aku ikut-ikutan nungging di depan jendela, mengkopi habis posisi Kang Mas Bojo, tepat di sampingnya, "Mana-mana si kur-kur?" Tapi belum lagi Kang Mas Bojo menjawab, mataku telah menangkap gerak Si Besar. Memang sungguh aneeehhh.... 

Ini yang kuperhatikan:
  1. Kaki-kakinya bergerak ipik-ipik serabutan, panik cari pijakan.
  2. Berusaha keras terus mengambang di permukaan, tak mau menyelam.
  3. Gampang terkejut, terintimidasi oleh gerakan ikan-ikan yang berenang seliweran di dekatnya. Tiap kali sirip ikan berkelebat, Si Besar bergerak membelok berlawanan arah, menjauh-menjauh-menjauh.... Oooohhh... tidaaakkkk.... ekspresi Si Besar tampak begitu ketakutan, Stress berat! 
Entahlah, aku kasihan, tapi tetap saja Si Besar membuatku tertawa juga! Mana ada kura-kura air yang takut tenggelam? Mana ada kura-kura pemakan ikan yang takut sama ikan? Heeeeehhhh......

Kang Mas Bojo langsung menyuarakan analisisnya, "Si Besar takut air dalam, juga takut ikan." Dalam hati kubilang, pikiranku sama! Kang Mas Bojo melanjutkan, "Ini pertama kalinya dia ketemu ikan, ini juga pertama kalinya dia berenang di kolam."

Eh???!!! Kupandangi Kang Mas Bojoku, ingin memperjelas apa maksudnya, maka kusahuti, "Maksudmu, Si Besar seumur hidup sejak menetas dari telur terus tinggal di akuarium kecil, tanpa air, atau kalau toh ada air, maka airnya nggak lebih dari sepuluh senti?"

Kang Mas Bojo menjawab, "He-eh, terus dipelihara dengan cara seperti itu, hanya diberi makan pelet kura-kura, nggak kenal makhluk lain selain pemeliharanya. Pantes, dia nggak takut sama manusia, tapi super ketakutan sama ikan. Pantes dia panik kecemplung di air kolam yang dalam, nggak berani menyelam, takut tenggelam..."

Waaahhhh.... tragis!
Aku kukur-kukur rambut.
Seperti inikah dampak buruk domestikasi tanpa hati? Makhluk air sampai kehilangan naluri untuk hidup di air. Sungguh iba aku memperhatikan gerak renang canggung si kura-kura. Aku jadi khawatir juga, apa stress bisa membuatnya mati?

"Bagaimana? apa perlu kita ambil saja? Nggak usah dipiara di kolam?" tanyaku. Kang Mas Bojo diam agak lama, namun akhirnya ia menjawab, "Tidak, biarkan saja begitu, lama-lama juga akan terbiasa." Aku mengangguk, "Berapa lama?" tanyaku. "Entahlah..." jawabnya.

Dan ternyata proses adaptasinya butuh waktu yang sangat lama. Dua minggu kemudian Si Besar belum sepenuhnya normal. Memang siiiihhh, Si Besar sudah tidak takut ikan lagi. Ia sudah bisa berenang dengan tenang di permukaan kolam. Ia juga sudah bisa berenang menyelam ke dalam kolam, tapi hanya selintasan dan langsung muncul kembali ke permukaan. Namun demikian, ia sama sekali belum mampu menyelam dan berdiam diri di dasar kolam. Ia selalu memilih untuk berlama-lama bertengger di atas batang kayu terapung....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Popular Posts